Hingga ke lubang biawak - حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ

Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, Bahwa Rasul bersabda:"Kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke dalam lubang biawak kalian pasti akan mengikutinya. Kami bertanya:Ya Rasul (maksudnya) orang-orang Yahudi dan Nashrani?Beliau menjawab: Siapa lagi" (HR Bukhari: 3197)

   14 Abad silam Rasulullah Muhammad SAW sudah mengingatkan tentang bahaya tasyabuh (ikut- ikutan tanpa ilmu): dari kehilangan identitas, kehilangan moslem privilege, hingga kehilangan kewarasan.  

   Kawanku yang bertasyabuh pernah bilang: "gue sih biasa ngucapin selamat natal & tahun baru, tanpa takut jadi kafir. itukan cuma ucapan doang bro, ga merubah apapun tentang keimanan gue". seriously, you are in denial bro-jawabku.. itu bukanlah sekedar ucapan kawan, karena tiap ucapan berdampak pada konsekuensi. sebagaimana ucapan syahadat kita yang berkonsekuensi penyerahan diri kita pada syariat islam. Bacalah sejarah kawan! karena jika tidak, maka kita akan terkutuk mengalami pengulangan derita sejarah yg sama.

    Sejarah menunjukkan bahwa keruntuhan umat muslim berawal dari tasyabuh. umat muslim sendiri yang lebih banyak mendukung revolusi kebudayaan kemal pasha attaturk, hingga resmi kekhalifahan turki utsmani runtuh 3 maret 1924 pasca kalah Perang Dunia 1. 

   Sejak saat itu umat muslim makin terpecah belah & terpuruk dalam kekuasaan kapitalis, sekuler, liberal & demokratik. Lihatlah kini di jantung kekhilafahan, tak jauh dari jalanan masjid hagia sofia, para pemudanya pada teler, frustasi & amnesia sejarah- lupa betapa mulianya dulu umat dalam kejayaan khilafah islam. Tiap orang dijamin dan dilindungi privilege-hak istimewanya.

   Di masa kekhilafahan, umat merdeka beriman & menerapkan syariat: mengurus tanah, air dan energi dikelola bersama untuk kepentingan rakyat keseluruhan tanpa diskriminasi SARA, tidak ada bagian bumi yang diterlantarkan apalagi dirusak, bila tidak sanggup dimakmurkan oleh satu pihak dalam tiga tahun, diambil oleh negara dan diserahkan ke yang bisa memakmurkannya. 

   Bumi asri lestari dengan pepohonannya juga makmur dengan mata air gratisnya. Ekonomi syariah diterapkan adil.  Akses harta & pasar menjadi hak semua rakyat dengan peredaran emas- perak dinar-dirham yang stabil, tanpa riba kemakmuran menjadi merata, meski tetap ada yang kaya dan ada yang miskin – namun mayoritas umat berada di tengah/berkecukupan. Udara bersih tetap terjaga, demikian pula dengan makanan halal & sehat yang bisa diproduksi & dicukupi oleh masyarakat lokal.

    Tidak banyak penduduk yang sakit karena kebersihan udara, air dan makanan mereka. Pendidikan & RS gratis, tanpa iuran asuransi keluarga, penderita sakit dalam keluarga dicukupi menggunakan herba & thibunabawi. Penyakit sosial nyaris tidak ada karena hukum agama ditegakkan dalam naungan power daulah khilafah islam, dimana manusia sebagai bagian dari rahmat semesta alam dapat mengembangkan ahlak & makna prioritas bersama yang memaksimalkan potensi kekhalifahan umat manusia tak hanya untuk sama-sama survive dibumi, melainkan juga berserah diri (tawakal) pada syariat Allah dengan tenang, dan semoga sampai di akhirat masuk jannah dengan tenang& ridho pula.


Gambar Piramida privilege kebutuhan manusia


    Dan lihatlah sekarang, sejauh mana kita bertasyabuh sampai meninggalkan peringatan Quran. Ketika kita ikuti arus gelombang pertama kapitalisme yang berhasil menguasai privilege dasar umat dengan pembiayaan riba (pangan, sandang, papan & transportasi). Efeknya mengeksploitasi manusia dan alam, memperlebar  jurang antara si miskin dan si kaya, kemiskinan merajalela sementara harta hanya dikuasai oleh minoritas crazy rich. Saat yang sama mayoritas kelas pekerja tidak menyadari tabungan hari tua mereka terus menyusut daya belinya karena inflasi uang kertas, bahkan hadirnya uang maya yang makin rapuh, mudah lenyap tanpa jaminan keamanan dari cyber-crime yg merajalela.

 Alam dirusak sampai orang harus membayar mahal untuk oksigen, dan pajak pengurangan polusi CO2 di alam. kekumuhan dan kegersangan muncul dimana-mana, air minum dijual mahal, wabah varian baru bermunculan tanpa ketemu obatnya. obat yang tak terjangkau beredar dari riset kimia konglomerasi, berefek samping penyakit baru yang lebih merepotkan dari penyakit sebelumnya. 

    Dan yang tidak kalah seriusnya adalah penyakit sosial-kerusakan moral masyarakat, yang semakin disuburkan oleh gelombang kedua kapitalisme berikutnya yaitu: hiper-reality, dunia maya, metaverses dan turunannya yang semakin memfasilitasi hasrat terdalam nafsu manusia untuk: terus eksis, narsis, mager (males gerak), & pemuasan syahwat tiada batas, yang berujung pada hilangnya kewarasan, privasi, eksploitasi seks, runtuhnya institusi keluarga (cerai/ ga mau nikah/ komitmen & ga mau punya anak/ childfree), lost generation, depresi, bunuh diri, hingga pada kepunahan massal.

    Inilah lubang biawak yg kita hadapi akibat kita hanyut bertasyabuh mengikuti arus global. Sampai kita nyungsep terhina akibat melupakan peringatan Quran:   

  “Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina, dan demikianlah yang akan mereka perbuat.” 

(QS 27:34).

 Janganlah sekali-kali kamu tepedaya oleh kebebasan gerak orang kafir di suatu negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan itu adalah seburuk-buruk tempat. Akan tetapi, orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedangkan mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.  

(QS Ali Imran: 196-198)

 ---000---

   Setidaknya ada tiga hal dasar yang menjaga kita untuk tetap bertahan:

   Pertama, menjaga karakter iman muslim. Kita hanya bisa menjaga tetap berbeda dengan mereka bila kita berhasil membangun karakter Iman pada diri kita. Karena hanya dengan karakter Iman inilah kita dijadikan orang-orang yang paling tinggi derajatnya.

 “(Al Qur'an) ini adalah penerang bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. jangan kamu bersikap lemah, dan jangan (pula) kamu sedih, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”

  (QS 3 : 138-139).

   Kedua, sumber daya yang menjadi rujukan kita, bukanlah hukum-hukum dan resolusi yang dibuat oleh manusia, melainkan Al-Qur’an dan Al-hadits yaitu dua hal yang telah dijanjikan untuk menjadi pegangan kita yang akan menjaga agar kita tidak tersesat selamanya – agar jati diri kita tetap terjaga sebagai orang-orang yang beriman.

   Ketiga, memilih aktivitas amalan kita, apakah ikut-ikutan dengan hiruk pikuknya dunia mereka? – atau kita fokus pada memberi makna kehidupan kita sebagaimana petunjukNya, yaitu sebagai khalifah fil ardhi yang seluruh hidupnya untuk tunduk beribadah kepada-Nya.

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS 51 :56).

   Jadi apapun yang kita lakukan, apakah sedang beraktifitas di bidang dakwah, politik, ekonomi, kesehatan, militer, pertanian – semuanya berlandaskan ibadah kepada-Nya.

   Muslim kini Ibarat angsa migrasi yang terpecah & terjatuh dari kawanan angsa lainnya yg terbang tinggi membentuk fomasi V di langit (formasi jamaah efisien melawan arus angin). Lalu ikut2an bertasyabuh menjadi kawanan ternak bebek cuma sekedar bertahan hidup, hingga tiba masa dijagal petani atau menyiapkan diri dengan menjaga diri kita tetap waras & berbeda dari ‘rombongan bebek pak tani’. bila tiba waktunya ‘rombongan angsa migrasi liar’ terbang melintas di atas kita – Insyaallah kita akan tetap mampu terbang dan segera bergabung dengan mereka. 

Amin!



Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer