POHON AHLAK MULIA: 77 cabang iman & 8 Kebiasaan
Dalam Quran surah Ibrahim ayat 24-25, kalimat toyibah/ syahadat Tauhid dikiaskan seperti sebuah pohon.
- Iman kepada Allah Azza wa Jalla.
- Iman kepada para rasul Allah seluruhnya.
- Iman kepada para malaikat.
- Iman kepada Al-Qur’an dan segenap kitab suci yang telah diturunkan sebelumnya.
- Iman bahwa qadar – yang baik ataupun yang buruk – adalah berasal dari Allah.
- Iman kepada Hari Akhir.
- Iman kepada Hari Berbangkit sesudah mati.
- Iman kepada Hari Dikumpulkannya Manusia sesudah mereka dibangkitkan dari kubur.
- Iman bahwa tempat kembalinya mukmin adalah Surga, dan bahwa tempat kembali orang kafir adalah neraka.
- Iman kepada wajibnya mencintai Allah.
- Iman kepada wajibnya takut kepada Allah.
- Iman kepada wajibnya berharap kepada Allah.
- Iman kepada wajibnya tawakkal kepada Allah.
- Iman kepada wajibnya mencintai Nabi SAW.
- Iman kepada wajibnya mengagungkan dan memuliakan Nabi SAW.
- Cinta kepada din, sehingga ia lebih suka terbebas dari Neraka daripada kafir.
- Menuntut ilmu, yakni ilmu syar’i.
- Menyebarkan ilmu, berdasarkan firman Allah : “Agar engkau menjelaskannya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya”.
- Mengagungkan Al-Qur’an, dengan cara mempelajari dan mengajarkannya, menjaga hukum-hukumnya, mengetahui halal haramnya, memuliakan para ahli dan huffazh-nya, serta takut pada ancaman-ancamannya.
- Thaharah.
- Sholat lima waktu.
- Zakat.
- Puasa.
- I’tikaf.
- Haji.
- Jihad.
- Menyusun kekuatan fii sabilillah.
- Tegar di hadapan musuh, tidak lari dari medan peperangan.
- Menunaikan khumus.
- Membebaskan budak dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
- Menunaikan kaffarat wajib : kaffarat pembunuhan, kaffarat zhihar, kaffarat sumpah, kaffarat bersetubuh di bulan Ramadhan ; demikian pula fidyah.
- Menepati akad.
- Mensyukuri nikmat Allah.
- Menjaga lisan.
- Menunaikan amanah.
- Tidak melakukan pembunuhan dan kejahatan terhadap jiwa manusia.
- Menjaga kemaluan dan kehormatan diri.
- Menjaga diri dari mengambil harta orang lain secara bathil.
- Menjauhi makanan dan minuman yang haram, serta bersikap wara’ dalam masalah tersebut.
- Menjauhi pakaian, perhiasan, dan perabotan yang diharamkan oleh Allah.
- Menjauhi permainan dan hal-hal sia-sia yang bertentangan dengan syariat Islam.
- Sederhana dalam penghidupan (nafkah) dan menjauhi harta yang tidak halal.
- Tidak benci, iri, dan dengki.
- Tidak menyakiti atau mengganggu manusia.
- Ikhlas dalam beramal karena Allah semata, dan tidak riya’.
- Senang dan bahagia dengan kebaikan, sedih dan menyesal dengan keburukan.
- Segera bertaubat ketika berbuat dosa.
- Berkurban : hadyu, idul adh-ha, aqiqah.
- Menaati ulul amri.
- Berpegang teguh pada jamaah.
- Menghukumi diantara manusia dengan adil.
- Amar ma’ruf nahi munkar.
- Tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa.
- Malu.
- Berbakti kepada kedua orang tua.
- Menyambung kekerabatan (silaturrahim).
- Berakhlaq mulia.
- Berlaku ihsan kepada para budak.
- Budak yang menunaikan kewajibannya terhadap majikannya.
- Menunaikan kewajiban terhadap anak dan isteri.
- Mendekatkan diri kepada ahli din, mencintai mereka, dan menyebarkan salam diantara mereka.
- Menjawab salam.
- Mengunjungi orang yang sakit.
- Mensholati mayit yang beragama Islam.
- Mendoakan orang yang bersin.
- Menjauhkan diri dari orang-orang kafir dan para pembuat kerusakan, serta bersikap tegas terhadap mereka.
- Memuliakan tetangga.
- Memuliakan tamu.
- Menutupi kesalahan (dosa) orang lain.
- Sabar terhadap musibah ataupun kelezatan dan kesenangan.
- Zuhud dan tidak panjang angan-angan.
- Ghirah dan Kelemahlembutan.
- Berpaling dari perkara yang sia-sia.
- Berbuat yang terbaik.
- Menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua.
- Mendamaikan yang bersengketa.
- Mencintai sesuatu untuk saudaranya sebagaimana ia juga mencintainya untuk dirinya sendiri, dan membenci sesuatu untuk saudaranya sebagaimana ia juga membencinya untuk dirinya sendiri.

Manusia memiliki 4 potensi bawaan (akarnya), yaitu kecerdasan fitrah (S.E.P.I) : 1) Spiritual/Jiwa, 2) Emosi/Hati, 3) Physic/Tubuh, dan 4) Intelegensia/ akal, yang butuh disatukan dalam fondasi tauhid, ditumbuhkan tiap hari untuk membangun integritas/ Pribadi Utuh. Dengan Pribadi Utuh manusia dapat tumbuh berkembang, mampu memilih dan memutuskan pilihan-pilihan terbaik dalam kehidupan berorganisasi disetiap zamannya, yaitu: dari Zaman Berburu dan Mengumpulkan Makanan (foraging), Zaman Pertanian, Zaman Industri, Zaman Pekerja Pengetahuan dan Informasi, dan akhirnya, Zaman Kebijaksanaan, yang sedang mulai.
Terdapat 6 fenomena perilaku manusia dalam berorganisasi yaitu: - Memberontak atau Keluar, - Menurut tapi Culas, 0 Bersedia Memenuhi Aturan, 0 Kerjasama dengan Sukarela , + Komitmen Sepenuh Hati, + Kegairahan yang Kreatif. Perilaku ini perlu dilatih dengan pembiasaan efektif (8 kebiasaan efektiv).
Kebiasaan Ke-8 Jalan Da'wah, menawarkan 2 Solusi kepemimpinan umat, untuk : 1. Menemukan panggilan jiwa. dan 2. Menginspirasi umat untuk menemukan panggilan jiwa mereka.
1. Cara Menemukan panggilan jiwa
Nol-kan ego, kubur dalam2 ego eksistensimu ke dalam tanah subur kerendahan hati, maka akan kau pahami kodratmu yang sebenarnya, sesuatu yang disebut Tiga Anugerah Luar Biasa, yang sudah dimiliki sejak lahir serta memaksimalkan 4kecerdasan fitrah.
Tiga Anugrah Bawaan Sejak Lahir (Sebagian Besar Belum Dibuka):
- Kebebasan dan Kemampuan untuk Memilih (fitrah baik bertanggung jawab-responsible & bernama2 baik yang bisa diandalkan-accountable).
- Prinsip Hukum Alam (Qadar & Sunnatullah) : - kebenaran Universal- kejujuran, keutuhan, krisis perubahan,& keragaman.
- Empat Kecerdasan : 1 Kecerdasan Mental (IQ) Temukan Visi akhirat sebagai aktualisasi iman syahadat, Lalu mewariskan ilmu yang bermanfaat. 2- Kecerdasan Fisik (PQ) Bangun Disiplin, hidup sehat, giat menafkahi keluarga dan mewariskan anakanak yang soleh untuk penyambung estafet kekhilafahan. 3- Kecerdasan Emosional (EQ) Gairahkan & berdayakan semangat hidup dan semangat mewariskan waqaf zariah. 4- Kecerdasan Spiritual (SQ) temukan kesadaran Nurani/ panggilan jiwa untuk ikhlas melayani. Expresikan dalam kepemimpinanmu.
2. Nyatakan panggilan jiwamu & konsisten membantu umat untuk menemukannya juga.
قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ استَقِمْ
“Nyatakanlah: “Aku beriman kepada Allah, lalu istiqamahlah.” (HR. Muslim)
Kepemimpinan yang baik mengkomunikasikan kepada tim potensi mereka dengan jelas, sehingga mereka bisa melihat hal-hal tersebut dalam diri mereka, dan bekerjasama sinergis dalam jamaah.
Empat Peran Kepemimpinan :
1. Path finding- Creating the blueprint.
Perintis jalur menuju Visi akherat & Menyusun pola strategi yang dinyatakan dengan jelas dan terfokus pada penegakan syariat. Membangun jalan/ ilmu strategis untuk menghidupkan peradaban islam madani.
2. Aligning- Penyelaras (disiplin) Menyusun Struktur barisan jamaah bersystem agar tetap pada arah dan jalan / syariat yang telah ditetapkan. Muhasabah/evaluasi, memelihara organisasi.
3. Empowering- releasing the talent, energy, and contribution of people.
Pemberdaya gairah hati umat untuk melaksanaan & fokuskan bakat pada hasil, lalu menjauh agar tidak menghalangi serta memberi bantuan saat dibutuhkan, biar tiap anggota sadar, mandiri & terbentuk pribadi tim yg utuh serta mampu menyelesaikan misi dengan tuntas. Pribadi yang Utuh terdiri dari: 1. Pikiran Merencanakan, 2. Tubuh Melakukan, 3. Hati tulus memberdayakan & mampu muhasabah, 4. Jiwa ikhlas melayani.
4. Modeling- To build trust. Model Panutan (Jiwa/ nurani) menjadi teladan makna/ nilai-nilai budaya yang baik, Mengembangkan dan memelihara budaya yang berorientasi pelayanan /kinerja yang menghargai waktu, menepati janji & perencanaan untuk membangun peradaban agung, contohnya budaya masyarakat madani.
Sebaliknya, jalan kebatilan dikiaskan sebagai pohon yang buruk. kutipan Quran surat Ibrahim ayat 26:
وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ
Artinya: “Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah tercabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.”
Berakar dari pribadi pecah tak berintegritas, yaitu pribadi yang telah kehilangan iman & harapan. Pribadi yang tidak mampu lagi mengenali rahmat Allah & fitrah baik kemanusiaan. Pribadi malas yang tidak bertanggung jawab mengelola alam (sunnatullah), tidak mampu lagi memaksimalkan potensi dirinya: raga yang menyerah tunduk pada nafsu kemalasan, jiwa yang hanya membesarkan ego, fikiran minder & hati lemah tak berdaya yang hanya bisa menyalahkan keadaan sekitar (playing victim), enggan berusaha bangkit. Jika ini diteruskan maka akan tumbuh menjadi: sumum bukmun umyun, semakin tersesat dalam ketulian menerima nasihat, kebutaan melihat fakta, bisu dalam menyuarakan kebenaran, kesabaran & cegah kemunkaran, dan raga yang lumpuh dalam kemalasan & penyakit beban masyarakat. naudzubillah min dzalik.
Semoga dijauhkan dari kondisi ini, semoga kita semua tumbuh menjadi baik, khoiru umah wa khusnul khotimah aamiin.
- Baihaqi, Imam. penj Zahwan, Abdul Hamid. 1997.Mukhtashar sya'bul iman. Semarang : Pustaka Mantiq.
- Stephen R. Covey. 2005. The 8th Habit : Melampaui Efektivitas Menggapai Keagungan. Gudang Penerbit.




♥️
BalasHapusThanks brother
Hapus