Tauhid dan SENI RUPA

Misi tauhid yang diemban para nabi adalah menyerukan manusia untuk hanya menyembah Allah Yang Maha Esa dan “memerangi syirk” / penyembahan selain Allah. ini terdokumentasi dalam Al-Quran tentang kisah para nabi menghadapi kaum penyembah berhala (istilah arab patung berhala: Asnam, Shanam,Wathan ,Nushub ). Contohnya kisah Bapak para Nabi, Ibrahim AS yang memenggal berhala kaumnya. 

“Mereka bertanya: ‘Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap Tuhan-Tuhan kami, hai Ibrahim?’ Ibrahim menjawab: ‘Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.’ Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata: ‘Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang- orang yang menganiaya (diri sendiri)."

Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara."

Ibrahim berkata: "maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun tidak dapat pula memberi mudarat kepada kamu?’ Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (QS:al- Anbiya’: 62-67)

Kemudian Nabi Terakhir Muhammad SAW juga menghancurkan patung-patung berhala  pada peristiwa Fathul Makkah (pembebasan kota Makkah) yang ketika itu memiliki 360 berhala baik yang berada di dalam maupun di sekitar Ka’bah, seraya mengucapkan :

وَقُلْ جَاء الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقاً

“Katakanlah: Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al-Isra’ : 81).

Sikap keras Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam terhadap patung-patung yang disembah, sesuai inti ajaran tauhid yg melindungi dan memurnikan akidah pengikutnya dari bahaya syirik.


Sejarah menunjukkan bahwa orang Arab jahiliyah awalnya mengikuti ajaran Tauhid (monotheisme) yang di bawa oleh Nabi Ibrahim Alaihi Salam yang hanif (lurus), akan tetapi setelah beratus-tahun kemudian generasi mereka menyimpang dari ajaran Nabi Ibrahim AS dengan membuat patung latta,uzza,hubal yaitu monument idolatry-profil leluhur mereka yang soleh & dermawan sebagai perantara (wasilah) peribadatan. Hal ini telah diabadikan dalam Al Quran, bahwasanya orang musyrik Arab juga beriman pada Allah:

“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya.“(QS: Az-Zumar : 3)

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (QS: az-Zukhruf : 87)

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” tentu mereka akan menjawab: “Allah.” (QS: Lukman: 25)

Keimanan orang arab jahiliyah seperti diatas masih tergolong kafir dan musyrik. sebab mereka sudah menyimpang dari tata cara yang benar dalam menyembah kepada Allah Ta’ala (mengotori Tauhid uluhiyah). mereka tidak tunduk kepada aturan yang Allah Ta’ala tetapkan, melainkan mereka membuat syariat sendiri dalam mendekatkan dirinya kepada Allah Ta’ala dengan cara membuat ikon Tuhan berbahan kayu/ batu untuk menjadi “perantara” mereka dengan Allah. Mereka mengganti hukum yang telah di tetapkan Allah, dengan aturan adat yang mereka buat sendiri. 

Syirk merupakan kesesatan yg nyata karena dapat memalingkan fokus peribadatan manusia lebih pada ilusi-ikon ciptaannya sendiri, daripada Allah pencipta alam raya.

Ikonisme merupakan pemikiran mengenai gambar, simbol atau lambang yang memiliki nilai sakral dalam agama atau komunitas tertentu, yang mana lambang tersebut representasi langsung/ setara dengan sesuatu yang di lambangkannya.

Ikonisme sebagai bagian dari kecenderungan manusia yg slalu merindukan “wujud visualisasi Tuhan”. ini akan slalu ada dari zaman dulu hingga sekarang. contohnya umat nasrani yang berasal dari agama Monotheisme, sebagian umatnya masih menggunakan foto &patung bunda maria maupun yesus sebagai “perantara/wasilah/ profil idolatry” untuk beribadah kepada Tuhannya. Meskipun dalam Injil jelas tertulis larangan keras membuat patung makhluk hidup: 

“Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.” (Kel 20:4). 

“Janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya, sebab Akulah TUHAN, Allahmu.” (Levit, 26:1). “Terkutuklah orang yang menerbitkan setiap patung atau patung tuangan, suatu kekejian bagi Tuhan, karya tangan pengrajin, dan menanggalkan di tempat rahasia.” (Ul, 27:15). Hal serupa juga masih dijumpai pada umat hindu,budha,dan konghuchu.

Maka untuk menghindari “ikon wasilah yg mengakar menjadi tradisi” tersebut, ikonisme & idolatry dalam Islam dilarang keras (inilah prinsip Anikonisme dalam tauhid). Bahkan nabi Muhammad SAW melarang para seniman melukis wajah sang nabi, apalagi sampai membuat patung. Sebagai gantinya Allah Ta’ala memperkenalkan kepada umat Islam konsep ihsan, dalam hadits dikisahkan, Jibril yang menyamar rupa manusia datang kepada Nabi Shallahu ‘Alaihi Wassallam untuk mengajarkan ihsan kepada para sahabat:

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ… قَالَ : فَأَخْبَرُنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : “…

…berkata (jibril) kabarkan kepadaku apakah Ihsan itu, berkata (Rasulullah ) Ihsaan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Namun apabila engkau tidak mampu melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu”…(HR: Bukhari )

Bahwa untuk beribadah kepada Allah Ta’ala seorang muslim tidak memerlukan “wasilah/ikon” yang akan mengotori kemurnian Tauhid Uluhiyah seseorang, konsep ihsan adalah jawaban Allah Subhanahu Wata’ala atas kebingungan orang mencari visualisasi Tuhan dalam beribadah dan mendekatkan dirinya kepada Allah Ta’ala.

lalu bagaimana tafsir Al-Quran surah Saba Ayat 13 yang menyatakan bahwa Nabi Sulaiman membuat tamatsil/ patung-patung di istananya?

Dalam ilmu bahasa Arab tamatsil (تَمَاثِيْلَ) secara bahasa adalah bentuk masdar yang plural berasal dari kata ( تَمْثِيْلاً – مَثَّلَ – يُمَثِّلُ ) yang artinya menggambarkan ( image ) , kata tamatsil ( تَمَاثِيْلَ ) di artikan oleh DEPAG. R.I. dalam bahasa Indonesia adalah : patung-patung, bukan patung-berhala yang di sembah selayaknya patung-patung jaman jahiliyah seperti Asnam ( الأسنام ), awsan (الأوسا ن ) dan Ansab(الأنصاب).

Secara istilah tamatsil (تَمَاثِيْلَ ) adalah nama- nama dari setiap suatu buatan/ciptaan yang dibuat untuk menyerupai sesuatu yang dibuat oleh Allah. dalam bahasa Arab digunakan untuk setiap hal yang menyerupai yang ada di sekitar kita , apakah itu benda hidup seperti manusia, hewan, pohon, ataupun benda mati.

Menurut Tafsir Ibnu Katsir yang di maksud dengan tamatsil (تَمَاثِيْلَ) dalam ayat tersebut adalah gambar-gambar yang ada di dinding, dengan dasar secara bahasa yang penulis paparkan, dapat disimpulkan bahwa kata Tamatsil ini bermakna gambar yang dibuat untuk Nabi Shallahu ‘Alaihi Wassallam Sulaiman, bisa berupa relief/gambar: manusia, hewan, pemandangan alam atau berbagai jenis relief dekorasi yang menghiasi dinding istana bangunan Nabi Sulaiman.

Jadi tamatsil di jaman nabi sulaiman dibolehkan karena bukan berhala. Tafsir lainnya, di jaman Nabi Sulaiman ada kemungkinan hukum pengecualian tentang gambar di dinding, karena setiap detail rincian syariat yang Allah Ta’ala turunkan kepada para nabi-Nya berbeda- beda, antara satu umat dengan umat lainnya di sesuaikan dengan keadaan masing-masing. ahli Taurat, ahli Injil, memiliki syariat dan manhaj (jalan yang terang) sendiri-sendiri, demikian pula dengan Al-Quran. Meskipun demikian semua nabi-nabi bersepakat di dalam masalah Tauhid (Yakni dalam meng-esakan) Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

هُمْ عَمَّا جَاءكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجاً

“Untuk tiap-tiap ummat diantara kamu, kami berikan syariat dan manhaj.” (QS: Al-Maidah: 48).

Rupanya pengecualian terhadap bentuk gambar& patung juga diberikan Rasullullah Muhammad SAW pada gambar mahluk bernyawa di tirai yg dirobek dijadikan bantal duduk sehingga beralih fungsi menjadi seni pakai, bukan lagi ikon pemujaan. Juga pembolehan pada patung mahluk bernyawa yg berfungsi sebagai mainan anak-anak, yaitu boneka perempuan milik aisyah.

ATURAN PEMBOLEHAN/PENGECUALIAN

• Hadits Aisyah ra., oleh imam al-Bukhari, ia berkata:

«دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي الْبَيْتِ قِرَامٌ فِيهِ صُوَرٌ فَتَلَوَّنَ وَجْهُهُ ثُمَّ تَنَاوَلَ السِّتْرَ فَهَتَكَهُ»

“Nabi saw masuk menemuiku dan di dalam rumah terdapat Qiram yang ada gambarnya, maka Beliau memalingkan wajah dan mengambil kelambu itu dan merobeknya”.

Qiram adalah satu jenis pakaian/kain, dimana ditempatkan sebagai penutup pintu rumah. Hadits Abu Thalhah dalam riwayat imam Muslim dengan lafazh: aku mendengar Rasulullah saw bersabda:

«لاَ تَدْخُلُ الْمَلاَئِكَةُ بَيْتاً فِيْهِ كَلْبٌ وَلاَ صُوْرَةٌ»

“Malaikat tidak memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing, dan tidak pula rumah yang di dalamnya terdapat gambar”. Dan di dalam riwayat dari jalur lain yang diriwayatkan oleh imam Muslim bahwa Nabi saw juga bersabda: «إِلاَّ رَقْماً فِيْ ثَوْبٍ»

“Kecuali gambar di pakaian”.

• Hadits Abu Hurairah yang dikeluarkan oleh imam Ahmad dari perkataan Jibril as kepada Rasul SAW:

«وَمُرْ بِالسِّتْرِ يُقْطَعْ فَيُجْعَلَ مِنْهُ وِسَادَتَانِ تُوطَآَنِ»

“Dan perintahkan agar tirai itu dipotong dan dijadikan dua buah bantal untuk di duduki”.

«فَمَرَّ بِرَأْسِ التِّمْثَالِ الَّذِيْ فِيْ بَابِ الْبَيْتِ فَلْيَقْطَعُ لِيَصِيْرَ كَهَيْئَةِ الشَّجَرَةِ»

“Lalu Rasul melewati kepala patung yang ada di pintu Ka’bah maka Rasul memotongnya supaya menjadi seperti sebatang pohon” (HR Ahmad).

«… فَمُرْ بِرَأْسِ التِّمْثَالِ يُقْطَعْ فَيُصَيَّرَ كَهَيْئَةِ الشَّجَرَةِ…»

“… maka perintahkan kepala patung agar dipotong sehingga menjadi seperti bentuk pohon” (HR Ahmad).

Abu Dawud mengeluarkan hadits dari Aisyah ra., ia berkata:

«قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكَ أَوْ خَيْبَرَ وَفِي سَهْوَتِهَا سِتْرٌ فَهَبَّتْ رِيحٌ فَكَشَفَتْ نَاحِيَةَ السِّتْرِ عَنْ بَنَاتٍ لِعَائِشَةَ لُعَبٍ فَقَالَ مَا هَذَا يَا عَائِشَةُ قَالَتْ بَنَاتِي »

Rasulullah datang dari perang Tabuk atau Khaybar dan di rak Aisyah terdapat tirai lalu angin bertiup sehingga menyingkap tirai itu dan terlihat salah satu boneka dalam bentuk anak perempuan milik Aisyah untuk mainan, maka Rasul bertanya : “apa ini wahai Aisyah?” Aisyah menjawab: “anak perempuanku”. 

Dan hadits Ar-Rubayi’ binti Mu’awidz al-Anshariyah ra., yang dikeluarkan oleh imam al-Bukhari:

«…وَنَجْعَلُ – وفي رواية مسلم ونصنع – لَهُمْ اللُّعْبَةَ مِنْ الْعِهْنِ فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ حَتَّى يَكُونَ عِنْدَ الْإِفْطَارِ»

… dan kami jadikan – di dalam riwayat Muslim: “dan kami buatkan” – untuk mereka (anak-anak) mainan dari kain wool, jika salah seorang dari mereka menangis karena ingin makanan maka kami beri ia mainan itu sampai tiba saat berbuka”.

ATURAN LARANGAN

“Siapa saja yang melukis gambar maka Allah akan menyiksanya hingga ia bisa meniupkan ruh di dalam gambar itu, padahal ia selamanya tidak bisa meniupkan ruh”.

Imam al-Bukhari juga mengeluarkan hadits dari jalur Ibn Umar ra., bahwa Rasulullah saw bersabda;

« إِنَّ الَّذِينَ يَصْنَعُونَ هَذِهِ الصُّوَرَ يُعَذَّبُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُقَالُ لَهُمْ أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ »

“Sesungguhnya orang-orang yang membuat gambar ini diazab pada Hari Kiamat kelak, dikatakan kepada mereka “hidupkan apa yang kamu ciptakan”.

Imam Ahmad mengeluarkan hadits dari Ibnu Abbas ra.:

«أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا رَأَى الصُّوَرَ فِي الْبَيْتِ يَعْنِي الْكَعْبَةَ لَمْ يَدْخُلْ وَأَمَرَ بِهَا فَمُحِيَتْ »

“Bahwa Nabi saw ketika melihat gambar di rumah yakni di Ka’bah, Beliau tidak masuk ke dalamnya dan memerintahkan agar gambar itu dihapus”.

Imam Muslim mengeluarkan hadits dari Aisyah ra., ia berkata:

«قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ سَفَرٍ وَقَدْ سَتَّرْتُ عَلَى بَابِي دُرْنُوكًا فِيهِ الْخَيْلُ ذَوَاتُ الْأَجْنِحَةِ فَأَمَرَنِي فَنَزَعْتُه»

“Rasulullah saw datang dari sebuah perjalanan, dan aku telah menutupkan di pintuku durnuk –satu jenis pakaian/kain- bergambar kuda yang memiliki sayap, maka Rasul menyuruhku dan aku tanggalkan”.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw bersabda:

«أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ فَقَالَ: إِنِّيْ كُنْتُ أَتَيْتُكَ اللَّيْلَةَ فَلَمْ يَمْنَعُنِيْ أَنْ أَدْخُلَ عَلَيْكَ الْبَيْتَ الَّذِيْ أَنْتَ فِيْهِ إِلاَّ أَنَّهُ كَانَ فِيْ الْبَيْتِ تِمْثَالُ رَجُلٍ… فَمُرْ بِرَأْسِ التِّمْثَالِ يُقْطَعْ فَيُصَيِّرُ كَهَيْئَةِ الشَّجَرَةِ… فَفَعِلَ رَسُوْلُ اللهِصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»

“Jibril mendatangiku dan berkata: “aku tadi malam datang kepadamu, tidak menghalangiku untuk masuk rumah di mana engkau berada kecuali di dalam rumah itu ada patung seorang laki-laki… maka suruhkan agar kepala patung itu dipotong sehingga menjadi seperti sebatang pohon… maka Rasulullah pun melakukannya”.

Ibnu Abbas berkata: “saya beritahukan apa yang aku dengar dari Rasulullah saw, aku mendengar Rasulullah saw bersabda:

«كُلُّ مُصَوِّرٍ فِيْ النَّارِ، يُجْعَلُ لَهُ بِكُلِّ صُوْرَةٍ صَوَّرَهَا نَفْسٌ تُعَذِّبُهُ فِيْ جَهَنَّمَ، فَإِنْ كُنْتَ لاَ بُدَ فَاعِلاً فَاجْعَلِ الشَّجَرَ وَمَا لاَ نَفْسً لَهُ»…

“Setiap pelukis di neraka, dijadikan untuknya dengan setiap lukisan yang dia lukis jiwa yang menyiksanya di Jahannam. Dan jika engkau harus melukis maka buatlah pohon dan apa yang tidak punya jiwa”.

– Diriwayatkan bahwa Nabi saw mengirim Ali dalam sebuah sariyah (detasemen), Beliau bersabda kepada Ali: «لاَ تَذَرْ تِمْثَالاً إِلاَّ هَدَمْتَهُ…» رواه مسلم

“Jangan engkau biarkan patung kecuali engkau hancurkan…” (HR Muslim).

SIMPULAN

Sejak awal kenabian (Adam AS) sampai akhir kenabian (Muhammad SAW), ajaran tauhid menjadi inti akidah dengan memurnikan ketaatan pada syariat Allah saja, ikhlas memuja-Nya meski tanpa melihat Wajah-Nya, dan meninggalkan praktek2 syirk yaitu membuat ikon perantara Tuhan, maupun membuat sekutu/persamaan-Nya. (prinsip Anikonisme).

Para nabi mengajarkan cara terbaik "menghadirkan Allah" disetiap doa & aktivitas peribadatan lainya, yaitu cukup dengan merasa dilihat oleh ALLAH, tak perlu repot menggunakan perantara/wujud Ikon, itu sudah cukup sesuai syariat-Nya. (prinsip ihsaan)

Untuk itulah semua karya seni yang mengambil wujud mahluk bernyawa & dijadikan ikonisme/ pemberhalaan (asnam)/ idolatry dilarang dalam islam. 

Namun masih ada pengecualian, masih diperbolehkan seni pakai (tamatsil, bantal, baju, mainan anak) meskipun itu mengambil wujud mahluk bernyawa. 

Wallahu’alam bishowab.



Komentar

Postingan Populer