Death, Freedom for The Peacefull Soul

for The Peacefull Soul...

    Dalam konteks sel, kematian adalah berakhirnya fungsional kerja sel. Dokter forensik sepakat bahwa status kematian setidaknya memiliki syarat berakhirnya kinerja 3 organ yaitu: jantung (peredaran darah), paru-paru (pernafasan) & otak (koordinasi).

   Dalam konteks roh, kupercaya bahwa kematian itu sama aja dengan tidur, bedanya roh orang yang tidur dikembalikan oleh Sang Pemilik Roh Sehingga bisa bangun lagi keesokan harinya, sedangkan roh orang mati dikembalikan lagi, tapi ntar di akhirat saat kebangkitan nanti. Jadi bedanya cuma waktu! Sesuai penjelasan Quran surat azumar 42: 

"Allah memegang nyawa pada saat kematiannya dan nyawa yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nyawa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan."

   Kupercaya kematian sudah ditetapkan Tuhan dengan adil dan ga ada satupun yang bisa mundur, merubah, dipindah jadwal, maupun tempat. Tapi aku ga percaya kalo kematian itu cuma ditetapkan dalam 1 satu garis linear. Melainkan lebih karena bagiku takdir adalah multidimensi, multiprobabilitas, multiverse. 

   Waktu kematian kuterima sebagai ruang probabilitas dengan Konsekuensi: ruang dan waktu kematian yang bisa beragam dan mulur sebagaimana teori elastisitas waktu-Einstein. atau sederhananya peluang umur seseorang panjang-pendeknya tergantung skenario takdir mana yang dia pilih dalam kapasitas kemanusiaannya yang fana: Bisa milih mati cepat dengan bunuh diri atau milih tawakal nunggu sampai selnya fana menua dan sampai batas optimum kinerjanya.

   Sehingga ku ga lagi berfikir naif dengan ikut-ikutan meyakini mitos kematian yang ”ga wajar” yang berkembang di masyarakat antara lain: arwah pelaku bunuh diri tak akan diterima Tuhan (gentayangan) karena menyalahi ketetapan Tuhan. 

    Bagiku Justru ga wajar kalo orang bisa balik hidup lagi setelah ia mati dibunuh/ bunuh diri (zombi kale!). Dan kematian centurian:nenek/kakek berusia lewat 100 tahun juga kewajaran bagiku. Dari hasil surveyku terhadap mereka menunjukkan bahwa mereka memiliki kearifan budaya dalam hal: perawatan tubuh, jiwa dan kelestarian lingkungan asrinya dari generasi ke generasi. Dan anugerah umur panjang bagiku adalah berkah yang pantas akan kesahajaan ikhtiar mereka menghargai & mensyukuri hidup dengan berdedikasi merawat, menjaga, & melestarikan kehidupan itu sendiri. 

   Hal yang terakhir inilah yang akan kupilih untuk hidup yang diberikan Tuhan padaku, Meski jika dokter udah memvonisku untuk mati bulan depan karena terserang kanker stadium 4 atau penyakit ganas degeneratif lainnya (Alzheimer,Tay sach, ALS, Ataxia,dll). 

   Akhirnya aku hanya bisa meletakkan hidupku ini pada nisbah-Mu yaa Robbi…kutak tahu panjang pendeknya umurku. 1yg kutahu: kusangat syukuri & hargai anugrah kehidupan sekaligus kematianku. Sehingga akan ku usahakan betul-betul kelestarian hidup sehat dengan segenap jiwa ragaku. ku anfusakum wa ahlikum naro.

   Yaa Rabb izinkan aku berteori & berexperimen dengan tubuh yang Kau anugerahkan padaku.

My pray before sleep:

My Lord! let me taste the beautyfull ending (husnul khotimah), just like beautyfull death bring freedom for the peacefull soul. 

in the name of God i alive, in the name of God i die, bismika Allahuma ahya wa bismika amut.amin

--0O0--




ATTACH: kera dan kacang


    Ada sebuah kisah dari salah satu suku pemakan kera di Afrika. sisi menarik dari cerita ini adalah bagaimana mereka berburu kera. Senjata panah, dan sumpit, sudah biasa. yang ga biasa dari mereka untuk berburu kera adalah dengan menggunakan kendi. Seperti yang kita tahu bahwa kendi memiliki lubang sempit di leher dan melebar di perut kendi.

   Kembali ke cerita. Orang-orang di Afrika yang menggunakan kendi untuk alat untuk menangkap kera, mengikat kendi ke pohon besar atau batu besar dan kemudian mereka mengisi separuh kendi dengan kacang tanah, dan menebarkan beberapa kacang disekitar kendi sebagai umpan.

   Begitu kera melihat kacang dan berpikir situasinya aman, kera turun dan mulai makan semua kacang yang bertebaran di sekitar kendi. Setelah habis, ia mulai melihat kendi. Apa yang akan terjadi selanjutnya??

   Ya benar, ia mulai mencoba untuk mengambil kacang di dalam kendi, namun kera tidak dapat menarik tangannya keluar kendi saat menggenggam kacang, karena membuat posisi kepalan tangannya tersangkut di leher kendi yang sempit. berulang kali kera mencoba untuk menarik-narik kendi, tetapi gagal, karena kendi diikat di pohon besar. berbagai cara dia coba untuk melepaskan tangannya dari kendi jebakan itu, namun ia tetap gagal, meski begitu si kera tetap tidak mau melepaskan kacang dari tanganya. Ia terlalu takut kehilangan apa yang dia sukai.

   Dan tahukah anda kapan kera mau melepaskan kacang tanah dari genggamannya? Itulah saat ia dibantai oleh pemburu pemakan kera. kera yang malang...

    Dalam kontemplasi kutemukan:

  Sifat kera malang diatas ada juga pada jiwa manusia2 yang “ngoyo” maksain diri menggenggam sesuatu yang “disukai namun dapat mengancam hidupnya”. Tahukah anda siapa mereka? antara lain adalah:

1. Mereka yang ngoyo mempertahankan pernikahan destruktif (saling merusak, menyakiti) yang tidak ada lagi respek pada niat & tujuan suci penikahan.

2. Mereka yang ngoyo bekerja di tempat yang jangankan ada prospek lebih baik kedepannya, bahkan ga ada makna lagi untuk dapat mengembangan diri, ilmu, jaringan sosial dan mengekspresikan kinerja terbaik di sana.

3. Mereka yang ngoyo belanja & koleksi fashion, suplemen/ obat dan barang-barang lainya yang bahkan tidak berguna (ga urgen & ga penting). Yang ujung2nya numpuk doang menuh-menuhin rumah.

4. Mereka yang ngoyo tetap berteman dengan pergaulan salah yang menghambat kemajuan mereka. Yang ujung2nya cuma ngabisin waktu aja.

5. Mereka yang aktivitasnya melupakan keseimbangan dunia-akhiratnya. Orang yang Terlalu ngoyo ngejar dunia sampe lupa akhiratnya, dan orang yang terlalu ngoyo ngejar akhirat sampe lupa dunianya, ujungnya sama2 tidak akan tentram hidupnya.

   Pernah Dalam satu episode hidupku (2001-2007), kubantu mereka berani melepaskan masalah “ngoyo” mereka. Lalu tiba2 hidupku berubah menjadi penuh label: konsultan spesialis perceraian, pengobat alternativ nyeleneh, guru spiritual berbahaya, consultan gazebo (ga jelas bo!). dan seabrek “klien” yang menuntutku menjadi “sang penolong” mereka. Hingga kusadari akhirnya bahwa aku sendirilah kera ngoyo itu. Lalu pergilah aku meninggalkan semua itu. Untuk Menjadi diri sendiri. mencoba kembali menjadi manusia biasa yang manusiawi dan yang penting masih mampu memanusiakan manusia lainnya.

   Dengan pilihan hidup plus resiko yang ditanggung dan disadari sepenuhnya & hidupku pun mulai tentram saat aku berhenti ngoyo jadi jagoan.


--0O0--

DETACH: Kebaikan paripurna

   Tulisan ini untuk mengenang semua jasa baik orang2 luar biasa sderhana& suka tersembunyi...

   Teringat masa kecilku (awal masuk SD) tangan almarhum bapakku menuntunku ke masjid Al Anshor, mengantarku ngaji sama ustad surowi, marbot masjid yg sangat sederhana & bersahaja.

   Jelas ku ngefans dengan caranya mengajar yg blak2an & menggunakan bahasa yg mudah dimengerti siapapun, bahkan kitab al hikam-ibn athoilah yg terkenal dengan bahasa langitpun bisa beliau jelaskan hingga anak SD pun ngerti. lho kok anak kecil diajarin kitab seberat alhikam? maksudnya beliau mengajarkan hikmah kebaikan sejak dini pada murid2nya. agar bisa mempraktikan sedini mungkin meskipun kebaikan kecil. Begini intisari hikmahnya: 

    Mengerjakan Kebaikan paripurna semaksimal apapun akan berujung kekecewaan dan depresi jika tidak didahului dengan niat tulus: Bismillah hirrohmanirrohim, dan diakhiri dengan kesadaran fana (keakuan lenyap). "Bismillah" penting untuk mengawali kesadaran bahwa tiap kebaikan apapun yg kita lakukan hakikatnya adalah meneruskan pancaran karunia kasih sayang Allah (atas nama sifat Rohman & Rohim) untuk semesta alam, sehingga tidak perlu diklaim/ diaku-aku/ apalagi sampai stres nuntut pengakuan "diri yang paling berjasa". Bismillah mengawal kesadaran tauhid yang kuat untuk setiap amal kebaikan paripurna, dan ditutup dengan ungkapan syukur alhamdulillah "Hadza Min Fadhli Rabbi=  semua ini adalah karunia Tuhanku". insya Allah  akan menjadi benteng kuat dari godaan syaitan yang dapat merusak amal.

"Kebaikan Paripurna itu sperti Be-OL..."

Singkatan: keBElet Buru2, Ora kelihatan, Lali, & Lanjutkan.

1) Be, saat kebelet-buru-burulah (sambil nanya ke murid2: ada ga yg udah kebelet BeOL ditahan2 sampai sminggu? :)

nah kalo udah ada niat baik segerakan,mumpung ada ksempatan, biar ga ketunda apalagi sampai terhalang/tergagalkan dengan hal2 yg lain. 

2) O.Ora kelihatan, ngumpet2, (sambil nanya lagi ke murid2: ada ga yg BeOL dipamerin? sambil direkam video trus disebar2? :) -plis deh om lucu banget sih-.

   Allah tidak melarang menunjukkan kebaikkan agar diteladani orang lain, namun kebaikan yang tersembunyi itu lebih disukai karena dapat mencegah penyakit hati riya'/pamer. dan menuntun manusia pada keihlasan.

3) L, Lali/ lupakan (nanya lagi ke murid2: ada ga yg masih inget rupa&bentuk BeOL nya seminggu yg lalu? :) wkwk3x

   Melupakan kebaikan diri pada orang lain dapat membebaskan diri dari penyakit hati: takabur, besar/tinggi hati/sok dewa penolong yg nyebelin, sambil terus menerus menyebut2 pemberian, membuat si penerima ga enak hati, karena terbebani dengan perasaan hutang budi seumur hidup.

4)L, Lanjutkan.(nanya lagi : ada ga yg setelah slesai BeOL ga Be OL lagi besoknya dan sterusnya? ada pak orang mati-cletukan murid sambil ktawa.

   Ya betul,cuma mayat yg udah berhenti BeOL. kebiasaan orang hidup yg sehat itu BeOL rutin,teratur. sama halnya kebaikan yg utama adalah yg istiqomah/ teratur/berkelanjutan. ringan mana nabung Rp100 per hari atau Rp.36500 pertahun? kontan sluruh anak SD menjawab: ringan 100 pak, soalnya sedikit,Rp 100 dapat 4 pisang goreng sedangkan Rp.36500 dapat buanyak (kurs 1989). padahal sama saja nabung Rp100 per hari kalo dikumpulin setahun dapet Rp.36500. karena itu amalan istiqomah itu dapat meringankan.

   Inilah 4rahasia kebaikan paripurna itu. Paripurna karena dapat menghasilkan perasaan PLONG, legaa...perasaan yg membebaskan manusia dari rasa sakit akibat takut kehilangan, cinta dunia Takut mati  (Wahn).

"Sungguh Allah mencintai hambanya yang berbuat baik, yang tersembunyi (tidak terkenal). 

Hati mereka seperti pelita hidayah, mereka terhindar dari kegelapan kesukaran.  

Dia mencintakan hati mereka akan kebaikan dan rasa suka melakukannya. 

Dia memudahkan mereka melakukan kebaikan dan juga memudahkan kebaikan untuk mereka. 

Mereka laksana hujan yang dikirimkan oleh Allah ke tanah tandus untuk menghidupkannya 

dan menghidupi orang-orang yang tinggal di sana, 

merekalah orang2 beruntung yg dipilih untuk menjadi Tangan-Nya...untuk menyantuni hamba2nya."

smoga kita menjadi orang2 beruntung itu...

wa ulaa ika humul muflikhuun

-------------------------------------

note: tiap kali lewat depan restoran BE-OL Bandung, ku slalu inget ajaran ini

 Be OL=Be Our Luck (jadilah keberuntungan kami)- slogan Restoran Bandung bernuansa dekorasi toilet

--0O0--

ETERNAL WAR WITHIN

Perang abadi dalam diri: Nafs fujuroha wa taqwaha

  Selalu ada perang abadi dalam diri: dari sejak adam (manusia pertama) hingga anak2 keturunannya. nafs external adam yg maunya membangun duniawi: Kemapanan, sukses, inovasi, high tech, kuasa, berkelimpahan. dan nafs internal adam yg menyuarakan: kecukupan, kesyukuran, kerinduan kepada Tuhan & penghargaan terhadap ciptaan-Nya, Taqarub ilallah agar senantiasa menjadi baik & beramal kebajikan. Pencapaian finalnya adalah menjadi berkah untuk sluruh alam.

   Kedua tarikan external-internal itu menghasilkan konfrontasi abadi tentang nilai kesuksesan luar-dalam. Keruwetanya terletak pada dasar keyakinan & logika yg berbeda.

   Nafs eksternal: ateis, berlogika pada hukum ekonomi (minimalis pengorbanan untuk hasil maksimal). Mengandalkan kemampuan diri untuk menguasai (psikologi LOA: The Law of Attraction). sifat- sifat ini berkebalikan dengan nafs internal yang menggunakan logika moral: keadilan "give more get more", hasil sedikit setimpal dengan pengorbanan yg sedikit. hidup bersandar pd kekuatan Tuhan. mengosongkan diri (zero ego) agar Tuhan mengisinya dengan kekuatan untuk memerangi dosa, maksiat & kelemahan diri.

   Keduanya (nafs eksternal & internal) memiliki dampak keuntungan dan kerugian sekaligus,satu paket. nafs ngejar duniawi akan berdampak pada kemapanan ekonomi diikuti membesarnya ego ketamakan, tak pernah merasa cukup dan kekosongan hati.

   Nafs mengejar kedamaian diri akan berdampak pada keterbengkalaian kehidupan duniawi, labil ekonomi, terjebak pada kesalehan semu (Ashobiyah; merasa diri/kelompok paling baik).

   Menemukan titik tengah diantara 2 tarikan nafs tersebut adalah pencarian bani adam yg tak kunjung selesai, karena tiap zaman slalu ada definisi baru tentang keadilan, kebaikan & kemapanan. 

   Dalam perenungan kita mencari: jika tak menemukan hal berharga yg dapat dicapai dalam hidup kita, ataupun tak ada yg bener2 indah, baik & masuk akal dlm konteks zaman manapun, maka kita musti dislamatkan oleh iman dan harapan akan datangnya Nasrullah (pertolongan Allah). 

   Jika tak ada lagi yg bisa diselesaikan sendiri (semulia apapun tujuannya). maka kita musti diselamatkan oleh cinta dalam kebersamaan jamaah. jika tak ada perbuatan baik yg sama adilnya dari sudut pandang manapun baik teman/ musuh. maka kita musti diselamatkan oleh pemaafan & keridhoan dengan syariat serta takdir Allah.

   Akhir kata beruntunglah orang2 yang menyucikan dan mengembangkan dirinya dengan ketakwaan dan menghindari kedurhakaan.

Selamat beribadah Romadhon

Selamat berkontemplasi dalam perang abadi....di tiap hening penyucian diri.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer