lost in existence
Cerpen ditulis juli 2008
Aku masih hidup...exis disini! di bumi yg penuh rasa suka dan kegembiraan (sukabumi,city of joy), pedalaman kaki gunung pangrango. tiap hari kunikmati pagi yang sangat alami: berlarian riang di kebun teh menyatu bersama kabut pagi, menari bersama hangatnya mentari, menari taichi harmoni!
Menyuruput secangkir teh hijau hangat dalam balutan atmosfer beku sukabumi, sruuup! sruup! mak nyus. MANTAP!
Pagi ini kutatap sebuah pertunjukan drama langit yang tak biasa kujumpai di perkotaan. awan putih yang turun di kaki gunung pangrango, memanjang sejauh horizon mata memandang...KEREN ABIS!!! kelihatanya seperti arwah naga langit yang turun untuk membelit gunung pangrango, warna putihnya perlahan mulai menyala merah lalu ekornya mulai melenyap seiring terbitnya panas mentari pagi disusul tubuhnya, hingga sang arwah menghilang sempurna seakan ia telah kembali lagi ke alam ketiadaan.
Kuterharu dalam hening,duduk termangu disini diatas balkon pondok pesantren titisan. menyadari kefanaan eksistensi duniawi. menyadari betapa sementaranya eksistensi hidupku ini. trus udah ngapain aja aku hidup di muka bumi ini,hingga kusadari bahwa aku belum melakukan apapun yg berguna untuk bumi tempat arwahku diturunkan disini. ternyata aku bukan siapa-siapa. ku belum mengukirkan sejarah peradaban apapun disini...dalam gelisahku memikirkan apa yang musti kulakukan sebelum kembali lagi ke alam ketiadaan (seperti kabut pagi yg lenyap barusan). Tiba2 bel sekolah berbunyi: kriiiiing!kriiiing waduh aku blom mandi padahal jam pertama ngajar biologi!
ya udah gapapa deh ga mandi udah kebayang airnya pasti sedingin es teh. akupun beranjak, berlari-lari lagi menuju kelasku,dengan semangat baru akan kuajarkan apapun tentang hidup kepada para santriku, meski temanya biologi tapi itu takkan menjadi pembatasku mengajarkan kebajikan hidup dan mati, tak mengapa meski diluar kurikulum...karena kehidupan yang sebenarnya itu lebih luas daripada kurikulum! sepertinya inilah jalan hidupku hingga menjelang kematianku, aku akan eksis menjadi guru kehidupan dan kematian, bukan sekedar ipa terpadu.
Mayoritas mikroba 95% spesiesnya bertugas mendukung kehidupan: penyubur tanah, probiotik pelindung, meningkatkan imunitas. pembersih perairan. 5%nya dianggap sebagai spesies patogen yang hanya bisa jadi penyakit ketika lingkungannya mendukung kekumuhan, terpolusi & inangnya kurang gizi / lemah imunitasnya.
Jadi kita sebenarnya nggak perlu takut dengan propaganda konglomerasi industri "awas kuman jahat/penyakit": belilah sabun antibakteri, lotion antibakteri, detergen antibakteri, vaksin dll. OWH kuman tak sejahat itu nak! selama kita hidup bersih dan terjaga imunitas. selamanya kita ga perlu jadi korban iklan, Dengan ikut memusnahkan bakteri yang fitrahnya baik & bermanfaat, dan justru kita bakal punah kalo mikroba nggak ada, sebagaimana punahnya bangsa2 terdahulu yang kelewat batas.
Model piramida firaun juga mirip dengan model piramida ekonomi di Sekolah lanjutan. Dimana bidang produsen diisi oleh porsi terbesar umat manusia yang menjadi agen-agen penggerak mesin produksi barang dan jasa (buruh/budak). Cashflow mengalir keatas-dihisap oleh segelintir konglomerasi (analog dengan top carnivor).
Disinilah drama kemanusiaan dimulai, maka akupun mulai bercerita di kelas tentang rezim firaun -emang nggak nyambung sih ama biologi, tapi ini kan pesantren yang semua ilmu ditafakuri dalam pemaknaan kearifan & hikmah kitab suci, dan sejak pertama kali aku ngajar juga emang diniatin demikian: nggak akan melulu buku & kurikulum.
Rezim firaun meletakkan dasaran sistem kebijakan Negara mesir mirip system piramida ekonomi kapitalisme perbudakan: tenaga kerja produsen harus tersedia melimpah murah, jauh lebih banyak daripada konsumen, dan kepemimpinannya membuat kebijakan perbudakan (manusia non pribumi mesir-dalam alquran dan bible disebutkan:bangsa israel) sebagai sumber/ dasar kelimpahan tenaga kerja produsen. Dari kebijakan tersebut terciptalah sistem kasta yang membuat kemanusiaan kasta terendah (budak/buruh) dipandang rendah, gratisan, nyawanya tiada berarti selain untuk dijadikan mesin pemuas majikannya semata.
Entah kenapa dosa social purbakala tersebut tetap lestari hingga sekarang, dimana kaum buruh dengan mudahnya kehilangan haknya sebagai manusia, dibawah tekanan konglomerasi sebut saja kasus marsinah -> sekelas mendadak hening…
“Tapi pak yang diperbudak firaun kan bangsa Israel yang nyebelin! panteslah”
-celetuk salah seorang santriku yang paling gregetan sama kasus palestina.
“setiap manusia adalah sama dihadapan tuhannya! Yang membedakan adalah amal perbuatannya-ketakwaannya. Kesetaraan inilah yang sering dilupakan orang karena sentimen status social, SARA, kekayaan…kuharap kalian para santri yang sholeh bukan termasuk orang-orang yang lupa itu.”
Ide kesetaraan umat manusia itu selalu ditentang penguasa dari zaman-kezaman karena membahayakan kemapanan sistem konglomerasi. Zaman dulu para nabi yang membawa kebenaran tersebut selalu mengalami ancaman pembunuhan! Karena itulah kehadiran musa harus dilenyapkan oleh rezim firaun bahkan saat musa baru lahir.-oh iya rezim pemerintahan firaun dikelilingi dukun-dukun, ahli tafsir mimpi dan peramal kerajaan. Untuk mendeteksi ancaman kemapanannya.
Untungnya takdir Tuhan menyelamatkan musa hingga ia dewasa dan datang kembali kehadapan firaun untuk mengingatkan betapa sudah keterlaluannya dia memperlakukan kemanusiaan, betapa sehebat apapun bangunan sistem piramida ekonomi yang telah dia bangun, tetap nggak akan bisa membuatnya mempertahankan keabadian status quo “raja manusia” yang dia dan keturunannya sandang, karena hanyalah Tuhan semesta alam yang abadi bukan firaun dan sistem yang memapankan kuasanya! –para santri masih setia memperhatikan meski udah hafal kisahnya.
Dan searogan apapun Firaun yang telah menganggap dirinya Tuhan, pada akhirnya sadar juga dengan kelemahan manusiawinya, ketika hidupnya terancam oleh ombak besar laut merah, diapun sadar betapa kecil dia dihadapan kematian, akhirnya Firaunpun mengakui keagungan Tuhan diatas sgalanya….dan Tuhanpun mengabadikan tubuh Firaun (jadi mumi) agar menjadi peringatan untuk umat setelahnya. Itulah kemurahan Rahmatullah: bahkan Dia berbaik hati menjadikan Penjahat kemanusiaansebagai monument peringatan untuk umat setelahnya!
Jadi pesan moralnya apa anak-anak?-spontan santriku menjawab: “kalo nggak bertakwa sebaiknya belajar renang!”
Duh pinter kali! Intinya belajarlah dari siapapun juga! Terimalah hikmah kebenaran nggak hanya dari orang baik tapi juga dari….”PENJAHAT!” santriku menjawab spontan. Yah begitulah…
Semoga kalian mengerti. meski Kalian saat ini menuntut ilmu di pinggiran desa kaki gunung pangrango tapi kalian juga punya potensi dan peluang menjadi sesukses apapun (obama aja yang sekolah di Indonesia jadi presiden amerika!) dan ingatlah,Sehebat apapun nggakya hidup yang kalian cari, tetap nggak akan nemu ketenangan & kedamaian hidup, kalo hidup nggak dipake untuk menyiapkan kematian: mewariskan 3 legacy terbaik yang bisa kalian usahakan yaitu ilmu yang bermanfaat, anak soleh& sodaqoh jariyah. Maka hadapilah kematian sebagai realitas utama yang hadir tiap saat, menjadi sahabat bagi kehidupan.
Death is invisible majority however thats reality…
Klaskupun akhirnya kututup doa kafaratul majelis, dan santripun menyalami dan mencium tanganku takzim..(betapa barokahnya tradisi adab santri yang menghormati gurunya, doa2 kebaikan sang guru akan mengalir dengan mudahnya) Oh GOD, save them from crazy world of konglomerasi, hiduplah bahagia murid-muridku, terbanglah bebas raih impian dan cita-citamu,jangan biarkan satu orangpun menghalangi kebebasan impianmu, dan apapun pilihan hidupmu kelak,semoga kelak kalian nggak jadi bos yang mendzalimi buruh, atau yang lebih parah lagi: menjadi buruh yang terdzalimi itu sendiri…
--------------------------------------
Sepi = sahabat sejati
tentang sepi… biarkan sepi menjadi sahabat sejati
bukankah dalam sepi akhirnya kita mengenal diri…
hingga ketika diri dikenali, Tuhanpun mengenalkan dirinya???
hingga saatnya mati bukankah tiap diri ditanyai?
tentang kesempatan hidup yang dijalani
kondisi tanpa argumentasi, tinggalah konsekuensi
(puisi sepi, desember 2008)
——————————————————————– Pernah suatu ketika diklas sains, kuterangkan tentang bioenergi pada murid-muridku. kebanyakan tak mengerti bahkan skeptis. mereka pikir bioenergi hanyalah tahayul cakra semacam fiksi naruto. tak apalah! biarkan begitu adanya, bukankah skeptis adalah bagian dari sikap ilmiah, daripada taklid-membebek membabi buta? Maka merekapun kuajak maen di pekarangan sekolah. kebetulan lokasi sekolah kami ada di dekat taman nasional gunung gede pangrango. sehingga banyak serangga dan hewan dari taman nasional ikut mampir ke pekarangan kami. waktu itu kami menemukan banyak sekali ngengat gajah yang jatuh dirumput pekarangan. terlihat tidak bergerak sama sekali meski disentuh badan & sayapnya. Beberapa siswa mengira ngengat itu sudah mati, ketika mereka melemparkan ngengat itu ke udara, tetap tak ada respon untuk terbang. Beberapa siswa yang cukup jeli dan sabar mengetahui masih ada tanda-tanda kehidupan pada gerakan lemah antena ngengat tersebut. pengalaman itu kujadikan kesempatan untuk mendemonstrasikan manfaat penyembuhan bioenergi. kupungut ngengat lelah tersebut lalu kuniatkan: la hawla walakuwata ila billah, kuniatkan menyalurkan bioenergi untuk terapi ngengat yang ada di tapak tanganku, semoga Allah berkenan menyembuhkannya. 1 menit kemudian tidak terjadi apa-apa, 2 menit berikutnya qadarullah sayap-sayap ngengatitu terlihat bergetar cepat. Seluruh siswa ternganga melihat keajaiban tersebut! hingga ngengat itupun bisa terbang bebas ke udara. Terlihat tembok skeptis dimata muridku mulai runtuh, dengan lugunya mereka bertanya: gimana pak caranya biar bisa gitu? maka kuajarkan mereka membentuk bola energi ditangan mereka masing- masing. & merekapun seakan tak percaya dengan terbangnya ngengat dari telapak tangannya masing-masing. sebagian mereka mengerti, ketulusan niat baik akan didukung oleh segenap energi semesta tentu dengan seijin Allah. Sebagian yang lain menganggap itu hanyalah kebetulan. maka teruslah berbuat baik, dan perhatikan apa yang terjadi!



Komentar
Posting Komentar