Perjalanan Fana

 Jelajahi bumi, telusuri jejak aroma mewangi

lahir dari kuncup mawar berduri,,,
semua diri hidup bereksistensi,
lalu hilang, fana kembali
(Perjalanan Fana, Fathur Rohman Alfayaz)

    zaman abg dulu, pernah mikir gini: “ngapain ribet ziarah wali kalo hakekatnya Allah maha mendengar doa hambanya dimanapun berada?, mbokya sudah cukup didoakan dimanapun kita berada. ga perlu repot2 datang melakukan ritual doa2 di lokasi peziarahan yg disakralkan. Takutnya kan bisa terjerumus dosa syirik- minta2 kesejahteraan & keslamatan pada karomah wali.” Ide skeptic semacam ini membuatku dulu males berziarah ke makam wali. hingga tiba masa kukena batunya….hahaha lucu jg kalo inget masa itu.
    Saat itu liburan idul fitri thn 2003, ku ikut rombongan keluarga maskur berlebaran ke rumah saudari iparku di kaki gunung muria. setelah bermalam dirumah kakak ipar, besoknya aku diajak berziarah dimakam sunan muria. Awalnya males, tapi setelah dipikir2 akhirnya ikut juga daripada ditinggal sendirian di rumah kakak ipar.
    Sampe dilokasi makam sunan muria aku ga bisa masuk, terlalu banyak peziarah berjubel. kuputuskan naik lagi ke makam syeikh sadzali rejenu. Sekitar 3km menanjak dari makam muria Di kawasan hutan Rejenu, desa Dawe, Kudus yang ketinggiannya kurang lebih 1.150 di atas permukaan laut. Waktu mau naik ojek kurogoh tas pinggangku, astagfirullah.. dompet ilang, ga bawa bekal apapun, mau nelpon sodara, eeh HP ga ada sinyal, sempurna sudah! jadilah aku fakir dadakan. ku terpisah dari rombongan. Rupanya begitulah cara Allah mengajarkan rahasia hikmah-Nya melalui jalan kefakiran.
    Dalam kondisi siang hari yg melelahkan, haus dehidrasi,&lapar, kuterus berjalan sekitar 3km menanjak, berharap bisa ketemu lagi rombongan keluargaku dipuncak atau setidaknya bisa melepas dahaga dimata air peninggalan syeikh sadzali yang konon kata orang lokal makamnya syeikh sadzali lebih tua (guru) dari sunan muria.
    kicauan burung2 hutan disini menghiburku sepanjang perjalanan, membawa pikiranku mengembara dlm lapar mencari2 apa yg bisa dimakan di hutan sepanjang perjalanan ini. Mataku tertuju pada buah nangka& nanas mateng dipohon sebagian dimakan codot (klelawar buah), sampe ngiler ku melihatnya. Jadi teringat pesan kakak iparku: “awas lho ati2, hutan muria ini wilayah sakral, ga boleh mencuri, berburu & maksiat, yg melanggar bisa kena kualat puter giling-pikiran& penglihatannya berubah, jadi nyasar muter2 dihutan ga bisa pulang.” Pantesan buah2an disini mateng dipohon sampe dimakan codot ga ada yg ambil, mungkin orang2 beneran takut kualat. Ya Allah hatiku ragu, masa iya nanti aku kualat karena makan buah2an ini.
Dalam ragu ku hanya bisa berdoa: bismillahirrohmanirrohim ya Allah yg maha pengasih & penyayang izinkan hamba yg kelaparan & kehausan ini makan buah2an disini, hamba cuma makan secukupnya kok, ga mubazir & ngerusak alam. Amin langsung lahap kumakan buah2an itu. rasanya manis banget, ga gatel dikerongkongan & langsung seger di badan (lapar-dahaga ilang deh entah kemana hahaha).


    
Tak jauh ku berjalan lagi menanjak dari situ kujumpai mata air sendang tiga rasa. Ada 3 cerukan mata air pada 1 lokasi dibawah pohon besar, penasaran kucicipi rasanya: ada yg tawar seger, ada yg kayak rasa air zam2 (begitu terasa mineralnya), dan yg paling unik rasa air klapa berkarbonansi.. menyaksikan &merasakan fenomena ajaib air 3rasa yang berbeda dari 3mata air di satu lokasi yang sama ini membuatku takjub dan tergetar. Bagaimana bisa rasanya terpisah sempurna (tidak bercampur). umumnya 1 lokasi mata air berasal dari 1 artesis (aliran air tanah) yg sama, rasa yang sama.
    Alhamdulillah syukurlah penglihatanku ga brubah, kumasih melihat hutan ini sama seperti sebelum kumakan buah itu. Namun pikiranku mulai brubah drastis. Ego& tembok skeptic pikiranku runtuh. ide skeptic sebelumnya: yg ga setuju pensakralan lokasi peziarahan karena takut menjerumuskan orang pada perbuatan syirik, kini berubah jadi setuju banget dengan ide pensakralan lokasi peziarahan karena ide itu menjadi dasar kearifan lokal, etika cagar alam, budaya positiv pelestarian sumber daya hutan, mata air & pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal. Coba kalo di gunung muria ini tidak ada peninggalan wali yang disakralkan, bakalan habis hutan disini senasib dengan bukit gundul dikudus karena penjarahan kayu hutan selama krisis moneter thn 1998. akibatnya bukit itu sampe longsor di musim hujan.
    Tanpa ragu, setelah wudhu disana aku langsung bergegas naik lagi ikut duduk bersama peziarah lain membaca yasin tahlil dilokasi makam syeih sazali. Hatiku bersyukur diberi Allah kemurahan, bisa makan minum gratis dalam kelimpahan alam gunung muria yg membuatku nyaman,aman-lupa kalo aku sedang bokek. Berkali2 istigfar karena telah berfikir dangkal. mungkin aku udah ditemukan mati kelaparan dan dehidrasi jika ga ada hutan pangan disini yg disakralkan karena masih satu situs peninggalan wali.
kemudian muncullah perasaan terima kasih & sungkan pada para almarhum wali disini. Terima kasih karena telah mewariskan peninggalan tak ternilai: yaitu ajaran islam rahmatan lil alamin, hutan, mata air, dan segenap mata rantai kehidupan yg menakjubkan . Yg manfaat dan barokah peninggalannya masih dirasakan masyarakat hingga sekarang. Sungkan karena kusadari belum bisa menerapkan ajaran islam secara kafah. Saat melihat makna kematian dari makam para wali yg masih menjadi berkah &daya tarik umat untuk mengaji quran, pikiranku terguncang & kembali mempertanyakan apalah arti kehidupanku yg belum bisa menjadi berkah bagi dunia islam apalagi sampai jadi daya tarik orang2 pada kebaikan hikmah mengaji quran.
    Sayang sekali masih ada juga vandalism, orang2 yg mungkin iseng atau musyrik pencari jimat dengan merobek kain penutup makam, tampak cuil sana-sini. Tiba2 ada yg nepuk punggungku. "Hey kemana aja ngilang".. owh alhamdulillah! senengnya bisa ketemu lagi dengan kakakku. kucritakan apa yg terjadi, lalu dia nawari naik ojek turun ke pos informasi. katanya biasanya barang ilang, ada aja yang nemuin dititip disitu. Ok boleh juga dicoba. Kali aja ketemu.
    Kamipun naik ojek turun kebawah. sebelum sampai di pos informasi, kubilang sama maskur: ”kita langsung pulang aja mas, ga usah mampir pos informasi.” “Lho knapa?”,Tanya maskur.“karena yg ilang ternyata bukan dompetku, tapi ingatanku, aku baru ingat dompetku ada di rumah, lupa ga kebawa, hehehe” jawabku tak berdosa. "Woo dasar bocah gemblung amnesia".
    Berkah hutan peninggalan wali masih kurasakan di rumah iparku yg teraliri air bersih gratis spanjang tahun (ga kering meski kemarau), listrik mikrohidro gratis, masak pake tungku biomassa (ranting &daun kering) alangkah mudahnya hidup sederhana didesa yg berdaulat energi, lahan, dan air. berasa betah & tenang tinggal didesa ini. Beda jauhlah ama kehidupan serba ribet-macet di kota.
---------------------------------------------------
    Sejak kejadian itu, ku jadi rajin searching sejarah para wali, biar ga jadi anak gemblung yg amnesia sejarah. Beberapa literature menyebutkan bahwa walisongo adalah utusan dari kekhalifahan utsman (ottoman). bahkan sri sultan hamengku buwono masih menyimpan bukti sejarah berupa bendera pusaka berlafadz syahadat (aliwa'arroyah) & surat2 dari kekhalifahan tersebut. Ini berarti bahwa Nusantara adalah bagian dari kejayaan daulah khilafah islamiyah yg sejarahnya dihapus oleh penjajah yg ingin terus-menerus menjarah kekayaan alam negri ini.
    Bangsa ini Jangankan yg nonmuslim, yang muslim sendiri pun banyak yang tidak memahami sejarah Khilafah dan konsep syariat Islam kafah. juga tidak memahami dalil-dalil kewajiban penegakannya (yang di buku fikih dan kitab-kitab klasik bertebaran). Bahkan, upaya penegakkannya dianggap Utopis, Mimpi, bahkan dicekal perpu ormas 2017. Ini karena saking jauhnya sejarah penerapan Islam di era Khilafah yang terakhir runtuh 1924, sampai hari ini. Sejarah yang sengaja ditutupi oleh dunia. Dijauhkan dari benak umat Islam. Tak heran jika bangsa ini dengan populasi muslim terbesar di dunia lupa dengan sejarah islamnya sendiri, akibatnya menjadi “buih” banyak tapi bukan Tuan di negri sendiri.

    Banyak sumber daya alam yg telah dikuasai asing: bumi (tambang emas, lahan sawit, property), air, api/energi (minyak,gas), sampai udara (sinyal telekomunikasi). Rakyat Indonesia semakin tidak mendapat jaminan apapun dari negara dan pemerintahnya. Bahkan nyawa dan keamanan hidupnya tidak dijamin oleh kepolisian, kedaulatan, kesejahteraan ekonominya tidak dijamin. media massapun secara transparan mempertunjukkan praktik gelapnya dunia politik, industri, & budaya. Artinya apa yang sehari-hari diperoleh oleh masyarakat adalah hal-hal yang memusnahkan kemandirian ekonominya serta memerosotkan akhlak kebudayaannya. Bagaimana umat ini bisa bangkit dan berdaya di tanah airnya sendiri jika tanahnya ngontrak,airnya beli, tontonannya naudzubillah.
Innama’al usri yusro-Bersama problematika rumit ini ada kemudahan solusi yg begitu sederhana, yaitu Kembali pada syariat Islam kafah.
    Rasul saw bersabda: "Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal: padang rumput (lahan), air dan api " (HR Abu Dawud dan Ahmad). Sejarah kejayaan daulah islam telah membuktikan kebenaran hikmah hadits tersebut. Umat islam mampu berdaulat dalam ketahanan pangan (lahan), air, dan api/ energy. negara islam menguasai SDA tersebut & menggunakannya semaksimal mungkin untuk kemakmuran rakyat. Umat menguasai tehnik untuk memperbaiki kondisi tanah agar bisa ditanami tanaman pangan-produktif di setiap jengkalnya, managemen air yg efektif & efisien untuk irigasi tanah kering yang kekurangan air, hukum yang mengijinkan seorang petani menguasai lahan nganggur yang mati lebih dari tiga tahun, ekonomi berkah dari akad syar’i, zakat-infak-sedekah-wakaf (riba dihapuskan), pajak yang rendah, layanan pendidikan dan kesehatan gratis – telah membuat makmur tiap penduduknya.
    Desa-desa surplus produksi pangan tak hanya mencukupi penduduk desa, tetapi juga menjadi pendorong tumbuhnya kota-kota baru yang spektakuler di seluruh wilayah Daulah/negara Islam. karena Allah telah memberi petunjukNya untuk menghidupkan bumi yang mati sekalipun (QS 36:33) menjadi tanah yang paling produktif. Unsur-unsur perbaikan hara tanah itu tersedia melimpah gratis di sekitar kita baik yang berasal dari tumbuhan legume, maupun yang berasal dari hewan gembalaan (QS 16:10-11), ga perlu mengandalkan pupuk kimia& pestisida=merdeka dari ketergantungan dengan perusahaan kimia kapitalis agribisnis. kalau udah serba organik gini ya enak, masyarakat bisa sehat & tenang konsumsi pangan yg tak sekedar halal namun dijamin toyib.
    Negara islam mengatur system kepemilikan tanah yang mendorong orang harus memakmurkan lahannya, karena bila tanah sampai tidak produktif lebih dari tiga tahun – tanah tersebut kembali milik negara dan diberikan kepada yang bisa memakmurkannya.
    Negara juga melindungi tanah haram (contohnya seperti wilayah makam, tempat suci/peribadatan, hutan lindung, sumber mata air/ wilayah resapan) yg HARAM/tidak bisa diganggu aktivitas perburuan/perusakan manusia dan haram dimiliki perorangan/privatisasi. dengan aturan ini, ga bakal kejadian orang/pemilik modal bisa beli tanah berhektar2 nganggur bertahun2 buat skedar "tabungan investasi". padahal masyarakat sekitarnya kelaparan,& solusi pemerintahnya ngimpor mlulu kayak sekarang, ga peka ama petani lokal & pengangguran yg smakin banyak.
    Negara mengatur system pajak yang tidak memberatkan para petani, karena mereka diakui sebagai pejuang kehidupan yang menjaga ketersediaan pangan, pembayar zakat tertinggi 5 – 10% dari hasil buminya. Negara tidak membebani lagi dengan biaya-biaya yang akan memberatkan seperti pajak penjualan & retribusi pasar.
    Bila hal tersebut dilakukan, maka negeri manapun di dunia baik dahulu maupun kini insya Allah akan menjadi negeri yang makmur, yang berkecukupan pangan dari swasembada negeri itu sendiri.
Para wali sudah menerapkannya di bumi indonesia, tinggal kita melanjutkannya.

Wallahu alam bi showab.

"The past is never dead. It's not even past." William Faulkner. like the star, even it was dead million years ago, we still can see the starlight in the present sky.

Referensi:

Thariqul Izzah, 2009. Khilafah & jejak Islam kesultanan Islam Nusantara. Pustaka Thariqul Izzah.ISBN 9799478812

Komentar

Postingan Populer